Bali menyandang sebutan pulau Seribu Pura dan juga pulau Dewata, tentunya karena ribuan pura tersebar di seluruh pulau ini, dari sekian banyak pura yang ada, terdapat berbagai jenis pura dengan jenis dan karakteristik yang berbeda-beda.
Sejumlah pura yang dikategorikan sebagai pura Kahyangan Jagat yang menjadi sungsungan atau pemujaan seluruh umat Hindu yang berada di Bali bahkan di Indonesia, seperti keberadaan Pura Pusering Jagat.
lanjut baca; Bali sebagai pulau Seribu Pura dan Pulau Dewata >>>>
Salah satunya adalah Pura Pusering Jagat, dari nama pura ini sudah terlintas di benak kita, puser artinya di tengah-tengah dan jagat berarti dunia.
Ssehingga dalam pura Sad Kahyangan di Bali maka Pura Pusering Jagat merupakan salah satu dari 6 pura kahyangan yang letaknya di tengah tengah. Pujawali atau odalan setiap 6 bulan sekali yaitu pada hari Anggara Kasih Medangsia.
Letak Pura Pusering Jagat yang letaknya di tengah-tengah ini diyakini umat sebagai tempat dimulainya peradaban dunia dan awal dari kehidupan, sehingga berarti juga sebagai pusat semesta. Dalam kosmologi Hindu posisi Dewa yang berada di tengah-tengah adalah Dewa Siwa.
baca juga; jenis pura berdasarkan fungsi dan karakteristiknya >>>>
Dikuatkan juga di Pusering Jagat ini terdapat banyak peninggalan kuno berupa arca-arca yang menunjukkan tempat pemujaan Dewa Siwa seperti archa Dewi Durga yang merupakan sakti Dewa Siwa, archa Ganesha (Putra Siwa) dan Bhairawa yang semuanya berkaitan dengan Dewa Siwa.
Pura dikenal juga dengan nama Pura Pusering Tasik atau pusatnya lautan, Selain dikenal sebagai Pura Pusering Tasik, dikenal juga dengan nama Pura Kelod, bagi warga Kelod (Selatan) berarti ke arah laut, yang mengingatkan kita pada cerita Adi Parwa.
Yang mengisahkan perjuangan para Dewa saat mencari air kehidupan (tirta amertha) di tengah lautan Ksirarnawa. sebagai peninggalan dari masa Bali tempo dulu, yang banyak nilai budaya dan sejarah, maka tempat ini layak menjadi objek wisata untuk keperluan edukasi atau pengetahuan.
lanjut baca; objek wisata pura di pulau Bali >>>>
Pura Pusering Jagat sebagai awal kehidupan, terlihat ada arca kelamin purusa (laki-laki) dan juga pradana (perempuan) di Palinngih Gedong Purusa. Terdapat simbol-simbol alat reproduksi manusia yang menurut ajaran Samkhya Yoga, Purusa – Pradana inilah ciptaan Tuhan yang pertama.
Dimana Purusa adalah benih-benih kejiwaan sedangkan pradana adalah benih kebendaan, dan melalui Purusa – Pradana inilah Tuhan menciptakan kehidupan ini, kuatnya sinergi unsur kejiwaan dan kebendaan tersebut maka terbentuklah berbagai sumber kehidupan.
Di Pura Pusering Jagat juga terdapat benda bersejarah lainnya yaitu sebuah bejana batu yang dinamakan sangku Sudamala yang dipercaya sebagai pelinggih atau stana Ratu Sangku Sudamala, keberadaan sangku tersebut melambangkan adanya limpahan air suci kehidupan.
Terdapat juga arca pancuran sebagai arca utama yang disebut dengan angga tirtha, dengan adanya bukti peninggalan sejarah tersebut, para peneliti menyimpulkan tempat ini juga sebagai tempat patirtaan atau pasucian kerajaan pada masanya.
baca juga; pura Tirta Pancoran Sudamala >>>>
Bejana Batu atau Sangku Sudamala disimpan pada sebuah pelinngih di Pura Pusering Jagat, di Sangku Sudamala inilah ditemukan angka tahun candrasangkala yaitu angka tahun dalam bentuk lambang-lambang (kronogram), dalam lambang tersebut ditemukan gambar bulan sabit nilainya 1, mata nilainya 2, panah nilainya 5 dan manusia bernilai 1 sehingga digabungkan menjadi angka 1251 tahun caka ((1329 M).
Angka pada Sangku Sudamala ini tidak bisa merinci secara pasti apakah tahun tersebut merupakan awal pembangunan pura atau tidak, mengingat ada sejumlah benda-benda purbakala di Pura Pusering Jagat yang umurnya lebih tua dibandingkan bejana batu tersebut.
Bahkan peninggalan dari jaman para sejarah atau pra Hindu berupa susunan batu andesit dan arca berbentuk genetalia laki-laki (phalus) yang bersanding dengan genetalia wanita yang diletakkan di Palinggih Gedong Purusa, sehingga Pura Pusering Jagat ini ideal untuk tujuan wisata sejarah saat study tour di pulau Dewata Bali.
lanjut baca; study tour di Bali >>>>
Selain itu ada juga palinggih Ratu Sidakarya, di tempat inilah tempat kita memohon untuk menguatkan spiritualitas umat yang memuja Tuhan agar mencapai sebuah keberhasilan dalam pekerjaan (sidhakarya).
Terdapat juga Palinggih Catur Muka, sebagai tempat pemujaan Dewa Catur Loka Pala yang menjadi pelindung dunia dari empat arah mata angin yaitu untuk pemujaan dewa Iswara, Wisnu, Dewa Maha Dewa dan Iswara.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar Bali. Pada masa lampau Pejeng adalah pusatnya kerajaan Bali Kuno.
Pejeng dianalogikan sebagai kata pajeng atau payung, sehingga bisa berarti dari tempat inilah para raja di Bali menaungi rakyatnya, ada juga yang mengasumsikan kata Pejeng berasal dari kata pajang dalam bahasa Jawa kuno berarti sinar.
Sehingga diyakini dari sini terpancar kecemerlangan bagi jagat semesta, semua bukti sejarah dan nama yang disematkan mempunyai keterikatan sejarah.
lanjut baca; sejarah kerajaan Bali kuno >>>>
Pura Pusering Jagat terletak di Kabupaten Gianyar, termasuk dalam pura Sad kahyangan Jagat yang letaknya di tengah-tengah sebagai stana dari Dewa Siwa.
Sad Kahyangan Jagat atau 6 buah pura yang dipercaya sebagai sendi-sendi dari pulau Bali, 6 buah kahyangan jagat tersebut diantaranya adalah Pura Besakih, Goa Lawah, Uluwatu, Lempuyang Luhur, Batukaru dan Pusering Jagat.
Dari 6 sendi tersebut umat diharapkan bisa menegakkan Sad Kerti diantaranya Atma Kerti, Wana Kerti, Samudra Kerti, Jagat Kerti, Danu Kerti dan Jana Kerti.
Dalam sebuah lontar yaitu lontar Kusuma Dewa disebutkan pula bahwa di pura ini sebagi tempat pemujaan Batara Amangkurat, yang artinya di tempat inilah Tuhan dipuja sebagai Dewa Penuntun, terutama mereka yang memangku jabatan dan menata kehidupan kehidupan rakyat agar lebih baik.
Sehingga penguasa yang memangku jabatan tersebut adalah mereka yang bisa mengabdi kepada rakyat, memangku jabatannya dengan baik, memiliki sifat religius dan melaksanakan dharma seorang penguasa sesuai dengan tuntunan agama, sehingga tidak berbuat sewenang-wenang.