Bali sebagai tujuan wisata dunia, tentu banyak hal yang bisa digali informasinya mengenai pulau kecil ini, sebuah pulau cantik yang dikenal juga dengan pulau Seribu Pura atau pulau Dewata, memiliki fakta unik atau informasi lainnya yang jarang diketahui dan menarik untuk diketahui. Bagi wisatawan, tentunya mereka lebih tertarik untuk menggali dan menemukan informasi menarik mengenai keberadaan objek wisata, budaya dan seni yang ada di pulau Bali, layanan wisata dan informasi tentang pariwisata lainnya, namun demikian banyak fakta unik yang jarang diekspose mengenai pulau Bali.
baca juga; mengenal Bali sebagai pulau Seribu Pura dan Pulau Dewata >>>>
Ingin mengenal Bali lebih dekat, mungkin anda juga ingin mengetahui sejumlah fakta unik mengenai Bali yang jarang diketahui orang, namun demikian informasinya bisa anda dengan mudah bisa ditemukan di internet, informasi ini kami kemas untuk melengkapi informasi seputar Bali yang mungkin dibutuhkan, sehingga lebih paham bagaimana di Bali itu sesungguhnya.
10 Fakta tentang Bali yang jarang diketahui orang
Berikut ini kami rangkum sejumlah fakta di pulau Dewata Bali, yang memang jarang diketahui orang, tentu ada beberapa hal menarik yang selama ini tidak pernah tahu atau malah tidak mau tahu. Hal ini membuat pulau Dewata ini tambah unik dan memiliki cara khas tersendiri di mata wisatawan, berikut informasinya;
1. Bali tempo dulu, banyak Perempuan Bali Telanjang Dada
Perempuan Bali tempo dulu, memang tampil telanjang dada di manapun mereka berada tidak takut adanya kejahatan, karena penduduk pribumi saat tersebut terkenal lugu, polos dan natural, tampilan telanjang dada tersebut untuk simbol keindahan, serta kejujuran lahir dan bathin, dengan bertelanjang dada jadi orang akan tahu kejujuran seorang wanita, sehingga buah terlarang mereka diketahui memang tidak pernah tersentuh, walaupun dilihat oleh banyak orang, para perempuan Bali menjaga keutuhannya agar tidak disentuh oleh kaum pria, seperti buah yang masih segar, sehingga pemilik buah tersebut masih bisa dipercaya dan menjadi wanita terhormat. Ini adalah fakta yang ada, bahkan banyak foto dan video dokumentasi tersebar di internet.
2. Angka perceraian dan poligami rendah
Keutuhan sebuah rumah tangga tentu menjadi idaman setiap keluarga, termasuk juga di Bali, setiap pasangan keluarga memiliki pertimbangan yang matang jika melakukan pernikahan, sehingga angka perceraian dan poligami di Bali terbilang cukup rendah. Dalam proses pernikahan harus melibatkan keluarga besar mempelai perempuan dan laki-laki, melibatkan aparat adat, kerabat dan lingkungan. Termasuk juga banyak waktu yang diperlukan untuk melalui proses tersebut, prosesnya cukup rumit dan juga biaya yang tidak sedikit, sehingga mereka mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil keputusan untuk cerai, dan perceraian adalah hal yang memalukan bagi mereka. Fakta seperti ini mereka akan lebih selektif dan memilih menyelesaikan permasalahan keluarga dengan baik.
3. Penduduk asli Bali jarang terlibat kejahatan
Dibandingkan prosentase yang sekitar 85% mayoritas penduduk asli Bali, maka fakta kejahatan yang ada di Bali lebih banyak dilakukan oleh orang-orang pendatang atau mereka yang tidak asli Bali. Penduduk Bali yang mayoritas Hindu memiliki kepercayaan adanya hukum Karma Phala dan percaya dengan adanya reinkarnasi (penjelmaan kembali). Mereka percaya setiap perbuatan atau karma baik akan mendapatkan imbalan yang baik juga, begitu juga sebaliknya perbuatan buruk akan mendapatkan akibat yang buruk, dan hasil perbuatan tersebut bisa dinikmati pada saat hidup sekarang ini, ataupun dalam kehidupan mereka mendatang saat reinkarnasi, sehingga tidak semua manusia tersebut kehidupannya baik, itu sesungguhnya karena karma mereka.
4. Sabung Ayam di Bali mudah ditemukan
Judi tentunya dilarang di Indonesia, termasuk juga di Bali, namun demikian sabung ayam di Bali terutama di wilayah Denpasar dan sejumlah tempat di wilayah pedesaan bisa dengan mudah ditemukan, para penjudi (bebotoh) menyadari akan keberadaan judi tersebut dilarang dan diilegalkan, tetapi tetap mereka bertaruh keberuntungan dengan nasib dan rela menjadi tahanan jika tertangkap. Praktek sabung ayam atau dikenal tajen ini sudah berlangsung sangat lama, dan sampai sekarang ini cukup mudah untuk ditemukan terutama bagi mereka bagi kalangan penjudi sabung ayam (bebotoh). Fakta judi tajen (sabung ayam) memang sangat susah untuk diberantas di Bali, mungkin disebabkan karena adanya prosesi tabuh rah atau adu ayam sampai meneteskan darah pada saat-saat tertentu upacara agama.
5.Wanita Bali paling setia dengan pasangan hidupnya
Bagi wanita Bali, mereka akan sangat mempertimbangkan dalam memilih pasangan hidupnya, karena Bali menganut sistem patrilineal, setelah seorang wanita memilih pasangan hidupnya, maka secara otomatis semua hak dari wanita tersebut di keluarganya akan dilepas, termasuk juga ikatan dengan leluhurnya, ini melalui proses upacara agama atau ritual yang menyatakan bahwa perempuan tersebut melepas ikatannya dengan leluhur. Jika dipahami ini tentu hal yang sangat menyedihkan tidak hanya dilepas oleh keluarga tetapi juga ikatannya dengan leluhurnya dan bergabung dengan keluarga mempelai lelaki menjadi anggota baru, apalagi sampai pindah agama tentu adalah hal yang rumit. Untuk itulah wanita sangat ingin mempertahankan keutuhan keluarganya.
6. Bali punya banyak hari libur
Dalam kalender Bali, fakta memang terlihat banyak libur. Karena sejumlah hari raya besar keagamaan tentunya setiap orang ingin libur dari tempat kerjanya, sejumlah hari raya besar agama di Bali diantaranya hari raya Galungan, Kuningan, Nyepi, Pagerwesi, Saraswati serta sejumlah upacara besar seperti piodalan (pujawali) pada sebuah pura yang mengharuskan untuk libur. Namun demikian banyaknya libur di Bali tidak akan mengganggu kegiatan operasional sebuah perusahaan yang sudah memiliki aturan sendiri, setiap karyawan memiliki hak cuti tahunan dan hak libur hari raya yang sudah diatur undang-undang, sehingga mereka yang beragama Hindu bisa memanfaatkan hak cuti dan hari libur hari raya tersebut. Dan hari libur tersebutlah dimanfaatkan lebih untuk kegiatan agama dibandingkan mengisi liburan mereka untuk wisata.
7. Toleransi umat beragama terjaga dengan baik
Walaupun mayoritas penduduk di Bali beragama Hindu, namun keyakinan beda agama berjalan dengan baik, semuanya saling menghargai dan menghormati, sehingga kecil terjadi gesekan-gesekan antara mereka yang beda agama. Bahkan saat-saat hari raya besar seperti Lebaran dan Natal, polisi adat (pecalang) dilibatkan untuk membantu kelancaran perayaan tersebut. Di Bali sendiri terjalin hubungan yang baik antara sesama, seperti adanya budaya ngejot (saling memberi) saat ada hari raya besar, sehingga memupuk rasa persaudaraan dan mengikis perbedaan tersebut. Sebagai wujud toleransi tersebut juga dibangun sebuah komplek peribadatan beda agama yang ada di Puja Mandala Nusa Dua. Wujud toleransi tersebut sudah lama terbukti adanya pura Langgar di Bangli yaitu sebuah pura yang terdapat juga mushola.
8. Pohon Kamboja tanaman bunga favorit di Bali
Fakta, hampir setiap pekarangan rumah di Bali menghiasi pekarangannya dengan pohon kamboja, termasuk juga hotel dan villa memanfaatkan pohon kamboja tersebut sebagai tanaman hias, sehingga pohon kamboja di Bali memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi, apalagi pohonnya yang sudah besar. Pohon kamboja memang memiliki bermacam makna, di luar Bali pohon Kamboja banyak ditanam di kuburan sehingga terkesan seram dan menakutkan. Namun di Bali pohon Kamboja merupakan bunga yang favorit tidak hanya untuk perlengkapan persembahan, tetapi sebagai wujud keindahan. Warga asli Bali menjadikan bunga kamoboja tersebut sebagai identitas diri, sebuah bunga yang memiliki nilai keindahan melebihi bunga-bunga lainnya, gadis Bali akan terlihat lebih sempurna jika sebuah bunga kamboja terselip di telinganya.
9. Sebutan arah mata angin di Bali
Sebutan Kaja, Kelod, Kangin dan Kauh adalah sebutan arah mata angin di Bali untuk Utara, Selatan, Timur dan Barat. Salah satu contoh sebutan “Kaja” biasanya untuk arah mata angin Utara (seperti wilayah Denpasar dan sekitarnya), akan berbeda pada tempat-tempat tertentu ada yang menyebut Kaja tersebut untuk arah Barat dan ada juga untuk sebutan arah Timur. Dalam filosofi di Bali ada mengenal istilah “Luanan” atau hulu yang dipakai dasar menentukan arah mata angin, ada beberapa dasar menentukan arah hulu misalnya letak Gunung Agung, letak laut dan tempat matahari terbit, dengan patokan tersebut tentunya masing-masing tempat memiliki hulu untuk sebutan arah mata angin di Bali untuk Kaja, Kelod, Kangin dan Kauh akan berbeda.
10. Istilah sebutan Kasta di Bali
Seperti yang dikutip dalam weda, bahwa tidak ada istilah kasta dalam agama Hindu yang dikenal adalah warna, dalam catur warna digolongkan setiap orang sesuai fungsi serta keahliannya yang terbagi menjadi 4 golongan, diantaranya Brahmana yang berfungsi sebagai pemimpin upacara agama yang ahli dalam bidan kerohanian, Ksatria berfungsi atau memiliki ahli dalam kepemimpinan seperti golongan raja dan punggawa dan prajurit, Weisya adalah golongan yang berfungsi dan memiliki keahlian dalam perindustrian dan ekonomi, kemudian yang paling banyak adalah golongan Sudra yang berfungsi sebagai pekerja yang menitik beratkan pengabdian. Namun pada jaman Belanda dengan tujuan memecah belah, Kasta tersebut diambil dari catur warna yang diwariskan turun temurun sampai sekarang. Walaupun terkadang terjadi pro dan kontra, keberadaan Kasta masih dihargai oleh mayoritas orang Bali.
Demikian beberapa fakta-fakta yang ada di Bali dan jarang diketahui orang. Informasi ini kami kemas agar bisa mengetahui sedikit informasi lebih dalam tentang pulau Bali ini.